Thursday, November 18, 2004

Anak Kecil

Ibu itu menangis terisak-isak di ruang tamu panti asuhan, menceritakan bagaimana buruk nasib yang baru saja dialaminya. Sang suami pergi begitu saja, mungkin untuk alasan yang tidak perlu ada, entah siapa yang harus dipersalahkan. Yang pasti dia meninggalkan beban tanggung jawab yang sangat besar, seorang bayi! “Sampai sekarang ibu itu tidak pernah kembali,” keterangan salah seorang petugas disana. Mungkin itu salah satu kisah yang menjadi keseharian di banyak panti asuhan. Panti Asuhan yang saya kunjungi itu memang menampung bayi dan anak-anak yang tidak dapat diurus orang tuanya yang kebanyakan merupakan orang tua tunggal. Anak-anak yang datang dari latar belakang hasil pergaulan bebas, pemaksaan kehendak atau alasan ekonomi.

Panti asuhan itu sendiri terletak di kawasan perumahan yang cukup besar di Jakarta Barat. Dulunya merupakan rumah tinggal yang disumbangkan seorang ibu yang entah seperti apa hatinya dibandingkan hati kita, merelakan salah satu rumahnya untuk dipakai menampung bahkan ia sendiri ikut mengurusi tempat itu. Rumah dengan luas bagunan sekitar 150m2, pada dasarnya dibagi menjadi beberapa ruangan. Ruang bayi, ruang balita, ruang tengah (ruang anak-anak), kamar petugas, dapur dan kamar mandi, setidak itu yang berhasil saya amati. Bayi2 yang masih beberapa minggu usianya ditempatkan di ruangan khusus. Tidak semua orang boleh masuk, termasuk saya. Bayi yang berumur antara 1-10 bulan ditempatkan di ruangan lainnya, dulu sepertinya merupakan kamar utama. Disana ada sekitar 12 box bayi saling berhimpitan satu sama lain, beberapa box diisi 2 sampai 3 anak. Tempat itu dijaga oleh 2-3 orang suster. Ada saja yang harus dilakukan mulai dari mengganti popok, menidurkan bayi yang rewel, memberikan susu, mengganti baju dan tentu menjaga mereka. Pada umumnya mereka memang tidak rewel, walau masih kecil mungkin mereka cukup sadar dengan keberadaannya, entahlah. Senang rasanya bisa membuat beberapa dari mereka tertawa. Tawa yang tulus yang mungkin dengan berjalannya waktu akan makin terkikis hilang … ah saya berusaha menghilangkan bayangan itu.

Ruangan lainnya adalah sebuah ruang tengah yang cukup besar. Ada sekitar 15 box tidur disalah satu sisi, masih saling berhimpit. Anak-anak yang sudah agak besar tidur disini. Ruangan ini juga menjadi ruang bermain dan ruang makan. Hari itu ada cukup banyak tamu yang datang, pada umumnya mereka datang sambil membawa sumbangan untuk membantu kebutuhan panti asuhan. Beberapa dari mereka tampaknya merupakan pengunjung rutin. Mereka umumnya disambut hangat anak-anak yang ada disana. Yang menarik hampir semua tamu laki-laki mereka panggil ‘papa’, sesuatu yang mengagetkan saya pada awalnya. Penasaran, tapi tidak sempat saya dikonfirmasikan. Mereka kadang cukup cerewet menceritakan apa saja yang terlitas dipikiran mereka.

Para staff sendiri, menurut saya adalah orang-orang yang luar biasa. Karena panti asuhan itu berada dibawah naungan gereja katolik, seorang suster mengepalai semua aktifitas disana. Ia adalah seorang ibu separuh baya berasal dari Lampung. Sepintas tampak sangat tegas dengan anak-anak disana, yang mungkin dibentuk karena pengalaman panjangnya berbakti disana. Konon pada awal terbetuknya panti asuhan ini, dia dan beberapa rekan sempat berjalan di pasar-pasar dan tempat-tempat umum lainnya untuk membantu anak-anak kecil yang tidak terurus dan membawanya ke panti asuhan tersebut. Dibawah suster kepala ini ada 25 petugas pembantu. Walaupun berada di bawah naungan gereja banyak dari mereka yang adalah muslim. Petugas inilah yang bertugas hampir 24 jam sehari terutama mengawasi para bayi. Sebuah kerja kemanusiaan yang luar biasa.

Satu hal lain entah bagaimana reaksi warga sekitar yang menurut nalar sehat mungkin terganggu dengan adanya sebuah panti asuhan dilingkungan pemukiman. Tapi setelah berjalan empat tahun semuanya tampak lancar-lancar saja. Yang pasti sebuah bangunan baru sedang dipersiapkan untuk merelokasi tempat lama.

Saya betul-betul merasa bahwa saya dan mungkin kebanyakan dari kita masih jauh lebih beruntung dibandingkan mereka (terlepas dari segal permasalah, yang mungkin sebtulnya hanya dibuat-buat). Sudah sepantasnya kita tidak memalingkan muka dari mereka, tapi justru menunjukan kasih, mereka memerlukan kita. Hidup memang tidak mudah, tapi hidup bisa menjadi jauh lebih baik justru dengan saling membantu. Dan untuk mereka yang mengabdikan hidup mereka untuk pelayanan sepenuhnya terhadap sesama, tidak ada selain rasa hormat dibanding kita yang justru sering bingung menyikapi tujuan hidup kita sendiri. Segala hal yang kita lakukan lakukan harusnya merupakan refleksi sebuah pelayan yang tidak berpusat pada kepentingan ego kita sendiri tapi untuk orang lain. Akan ku sisihkan sebagian rejeki ini, untuk membantu mereka.

To:)n

Thursday, July 08, 2004

+++
First Talk

Aku adalah Wa-Sha-Quon-Asin, Grey Owl.
Dia yang terbang di malam hari.
Aku datang untuk membawakan kalian sehelai daun hijau.
Ini berasal dari tempat yang jauh.


Apakah kau mendengarnya?


itu disebut ketenangan.
Kadang aku terbangun dari mimpi ini waktu malam
Dengan mimpi buruk bahwa tidak ada lagi ketenangan.
Seluruh pulau penuh dengan jalan-jalan,
Seluruh jalan-jalan penuh dengan motor-motor.
Dan setiap orang duduk disana,
diantara semua keramaian dan bau ini.
Aku memanggil mereka
“Hei” kataku “kemana kalian semua terburu-buru pergi?”
“Jauh” kata mereka “kami ingin pergi jauh”.

Sekarang lihat ini,
Disinilah aku berasal
Tanah Keewaydin, Angin Utara.
Mereka menyebutnya alam liar,
Tak ada apapun disana,
Hanya daun-daun hijau,
Sungai-sungai jernih,
Udara segar dan ketenangan.

Dulu aku sering menjebak berang-berang.
Aku tidak melakukannya lagi.
Kurasa aku belajar malu.
Dan aku belajar dari nona yang kau lihat sekarang,
Namanya Anahareo.
Jika ini bukan untuknya, aku tidak akan ada disin sekarang … hei Nenemousha.

Ini salah satu alasan kenapa aku suka berang-berang.
Perhatikan saja teman-teman ini.
Canggung … lucu bukan?
Tetapi tunggulah … itu!
Waktu pergi. Lihat waktu dia masuk ke air.
Lihatlah sekarang. Tidak ada kecanggungan lagi.
Berang-berang dibuat untuk air.
Setiap mahluk punya tempat yang tepat.
Dan ditempatnya yang tepat, mahluk itu menjadi indah.

+++

Saudaraku berkata,
“Pria akan menjadi seperti yang diimpikannya.
Kau telah bermimpi dengan bagus.”
Kepala suku Sioux kepada Archie the “Grey Owl”

+++

last talk


Satu-satunya hal yang memberiku keberanian untuk berdiri dihadapan kalian malam ini adalah pengetahuan, kepastian, bahwa apa yang akan kukatakan adalah penting untuk kelangsungan hidup kita.

Kita bukan tuan dari bumi ini,
Kita adalah anak-anaknya.
Kita ada di jalur penciptaan,
Ditangan kuat dari Roh
Yang lebih besar dari (roh) milik kita sendiri.
Kalian tahu aku akan berkata “lindungi berang-berang.”
Kalian tahu aku akan berkata “berhenti menebangi hutan-hutan.”
Kalina tahu aku akan berkata “uang yang kalian dapat tidak sebanding dengan harga yang harus kalian bayar!”
Tapi ada lagi.

Jika kita dapat berkata bahwa
Ada sesuatu yang tidak untuk dijual,
Ada sesuatu yang merupakan milik kita semua dan untuk generasi masa depan,
Mungkin orang lain akan mendengar kita
Dan mulai mengatakannya juga.
Dan suatu hari akan ada cukup dari kita,
Dan kita percaya itu dapat dilakukan,
Bahwa kita dapat mengubah dunia.

Jadi mengapa kita tidak memulai di negara kita sendiri?
Di Kanada.
Disini.
Malam ini.

+++

what happen next

setelah itu dia pergi diam-diam di kegelapan malam dan kembali ke kabinnya di sungai Ajawaan. Dia meninggal disana, tiba-tiba. Karena radang paru-paru, dua tahun kemudian, April, 1938.
Dalam pengakuan atas apa yang Archie telah capai, North Bay Nugget (a newspaper) setuju untuk menahan ceritaku selagi dia hidup. Mereka menuliskannya setelah dia mati, dan itu menjadi berita utama di seluruh dunia.
Pony (his wife) tidak pernah berhenti kampanye melawan penjebak-penjebak, dan secara perlahan, karena apa yang dia dan Archie lakukan, ada hukum yang melindungi berang-berang, sehingga mereka kembali ke danau-danau dan sungai-sungai di Kanada.
Tetapi sekali identitas aslinya terlah terbuka, peringatan awal Archie tentang alam, tentang menjaga keselamatannya untuk generasi masa depan, cepat menghilang dan dilupakan.
Hanya beberapa tahun kemudian saat kebenaran tidak dapat lagi diabaikan dia dilihat sebagai orang yang memimpin pada zamannya.

+++


Friday, February 27, 2004

What SPF should I be looking for in my sun block?

Q
Kulit gw biasanya terbakar kalo abis main ski (or whatever). SPF berapa yg harus gw pake untuk sunblock?

A
Sun Protection Factor (SPF) sekarang lebih banyak dijadikan sebagai salah satu hasutan yg dikeluarkan industri kosmetik untuk memberi kesan banyaknya pilihan. Secara khusus, SPF menunjukan berapa lama suatu product bekerja efektif, bukan seberapa bagus product tsb bekerja. Menurut Paula Begoun (pengarang "Don't Go to the Cosmetics Counter Without Me" ) SPF 20 adalah yang paling tinggi/paling lama yg bisa kita pakai.
Tetapi yang lebih penting dari itu adalah bahan aktif dari SunBlock – bukan sekedar berapa lama.

Sun Screen akan melindungi kulit yang terbakar matahari, ia mengandung Chemical Filter yang melindungi kuli dari radiasi
matahari; sementara Sun Block, juga memberikan penghalang terhadap radiasi, hanya saja ia bekerja lebih keras.

Jadi kalo kita ingin betul2 melindungi diri dari musuh yg sebenarnya - radiasi Ultra Violet (UVA) yg menyebabkan penuaan & kanker kulit – carilah Sun Block dengan:
· Parsol 1789 (dikenal juga sbg avobenzone),
· zinc oxide atau
· titanium dioxide
(barangkali ada yg berminat mencari contoh2 productnya).
Bahan2 tersebut hanyalah merupakan bahan aktif yang menghalangi radiasi UVA, yang ternyata hanya ada di beberapa product saja.
Kekurangan dari product2 tersebut:
· Zinc Oxide bersifat "Marcel Marceau-esque" (ga ngerti, mungkin sesuatu yg ga bagus dilihat) kaya yg dipake life guard,
· avonbenzone mudah luntur dan bisa menyebabkan iritasi,
· semetara titanium dioxide bisa menutupi pori2 dan terasa `berat'.
Tetapi semuanya itu bekerja lebih baik menjaga jaringan kulit dibandingkan kebanyakan cream yg hanya menjaga dari kulit yg terbakar.

http://outside.away.com/outside/bodywork/fitness_20031028.html

Mars Vs Venus
Siapa yang lebih cocok untuk melakukan backpacking – co’ apa ce’?


Banyak orang berspekulasi bahwa ce’ lebih cocok melakukan kegiatan yg mengandalkan daya tahan dibandingkan co’ dan penelitian cenderung mendukung ide tersebut. Sebuah penelitian menunjukan bahwa co’ membakar lebih banyak kalori sementara ce’ justru membakar lebih banyak lemak. Hasilnya … ce’ bisa melakukan kegiatan lebih lama sebelum mulai menggunakan cadangan glycogen-nya (karbo) – daya tahan lebih lama.

Ce’ juga bisa jadi lebih kuat di ketinggian. Hasil penelitian lainnya menguji co’ & ce’ dengan mengukur kekuatan otot mereka dan menemukan bahwa ce’ dgn kondisi yg relatif sama mempunyai daya tahan (bukan kekuatan) otot hampir 2x lebih besar dibandingkan co’. ce’ juga bisa lebih menjaga daya tahannya tersebut di tempat2 tinggi. Ketika co’ berada di suatu ketinggian, kemampuan daya tahan otot mereka berkurang lebih banyak dibandingkan ce’.

Di sisi lain, keunggulan co’ adalah karena tubuh ce’ relatif lebih kecil. Bagaimanapun berat tenda, sleeping bag & perlengkapan lainnya relatif akan sama, sebagai hasil persentasi antara beban yg dibawa dan berat tubuh pada ce’ akan lebih besar. Jadi dalam hal ini – dibandingkan dgn co’ dgn kebugaran yang hampir sama, ce’ akan bergerak lebih lambat.

http://backpacker.com/women/article/0,7862,6447,00.html